Perbincangan tentang Miqdâd bin Aswad al-Kindi رضي الله عنه akan mengantarkan pada pembicaraan tentang sesosok orang mulia yang termasuk assâbiqûnal awwalûn, yaitu kalangan yang terdahulu dan pertama-tama masuk Islam. Mereka menjadi kaum yang ghurabâ (orang-orang asing) dengan keislaman dan tauhid mereka di tengah masyarakat yang berideologi paganisme dan mengalami kebobrokan moral yang parah. Allâh عزوجل memuliakan mereka dengan hidayah-Nya di saat kebanyakan telah tersesat. Cobaan-cobaan berat yang dilancarkan kaum musyrikin pun harus mereka hadapi untuk menggoyahkan keimanan mereka. Ibnu Mas’ûd رضي الله عنه mengatakan, “Orang yang pertama kali memperlihatkan keislamannya ada tujuh orang”, seraya menyebut Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه sebagai salah seorang dari mereka.
Ia adalah Miqdâd bin ‘Amr bin Tsa’labah bin Mâlik al-Kindi رضي الله عنه yang lebih dikenal dengan Miqdâd bin Aswad, karena Aswad bin ‘Abd Yaghûts dahulu menjadikannya anak angkat.
Sahabat mulia ini termasuk yang menempuh dua perjalanan hijrah yang bersejarah, hijrah ke Habasyah sebagaimana dilakukan oleh generasi pertama Islam lainnya untuk menyelamatkan aqidah mereka atas perintah Rasûlullâh Muhammad ﷺ , dan hijrah ke Madinah, kota yang didiami kaum Anshâr. Ia رضي الله عنه menikah dengan putri paman Nabi ﷺ, Dhibâ’ah binti Zubair bin ‘Abdil Muththalib.
Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه seorang pejuang Islam
Dalam sejarah Islam, sosok Miqdâd bin Aswad al-Kindi رضي الله عنه dikenal sebagai seorang pejuang Islam yang pemberani. Ia mengikuti Perang Badar dan seluruh peperangan lainnya. Bahkan dalam Perang Badar, ia merupakan pejuang Islam pertama yang menunggangi kuda di jalan Allâh . Kecintaannya terhadap jihad dan keikutertaan-nya dalam berbagai misi penaklukan berbagai negeri dan kota begitu melekat pada hatinya. Maka, ketika ada seseorang yang berbicara kepadanya di kota Homs saat ia sudah lanjut usia, “Sungguh Allâh telah menggugurkan kewajibanmu berjihad”, ia menjawabnya dengan berkata, “Namun, Surat Al-Bu’ûts (Surat at-Taubah) menolaknya “Berangkatlah kamu baik dalam keadaan merasa ringan maupun berat”. 2
Imam al-Bukhâri رحمه الله meriwayatkan sebuah riwayat yang menunjukkan semangat besarnya untuk membela Rasûlullâh Muhammad ﷺ dan memperjuangkan Islam. ‘Abdullâh bin Mas’ûd رضي الله عنه menceritakan, “Aku pernah menyaksikan satu momen (luar biasa) dari Miqdâd bin Aswad (yang menjelang Perang Badar). Aku menjadi orangnya lebih aku sukai daripada semua kenikmatan dunia. Ia mendatangi Nabi ﷺ sambil berdoa keburukan bagi kaum musyrikin, lalu berkata, ‘Kami tidak akan mengatakan seperti ucapkan yang dilontarkan oleh kaum (Nabi) Musa “karena itu pergilah kamu bersama Rabbmu, dan berperanglah kamu berdua”3 , akan tetapi kami mengatakan, ‘Kami akan berjuang di sisi kananmu, di sisi kirimu, di depanmu dan di belakangmu’. Kemudian aku lihat wajah beliau berseri-seri dan menjadi senang karena ucapannya tersebut”.. 4 .
Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه juga ikut serta dalam penaklukan Mesir yang terjadi pada kekhilafahan ‘Umar bin Khaththâb رضي الله عنه .
Pribadi yang Tawadhu
Ia seorang yang penuh tawadhu, tidak suka menonjolkan diri dan popularitas. Di antara buktinya, Nabi ﷺ pernah menyerahkan kepadanya satu jabatan. Saat ia kembali, Rasûlullâh ﷺ bertanya kepadanya, “Bagaimana menurutmu sebuah kekuasaan?”. Ia menjawab, “Ya Rasûlullâh, aku tidak memandang kecuali mereka menjadi pelayan-pelayanku. Demi Allâh aku tidak ingin kembali kepada kekuasaan selama aku masih hidup”. 5
Ia pun pernah mengatakan, “Aku tidak ingin menanggung siapapun”. Orang-orang ketika berkata, “Majulah dan shalatlah sebagai imam”. Akan tetapi, ia tetap menolak.
Mengoreksi kekeliruan sebagian orang
Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه pernah melewati sejumlah orang yang berharap mengalami ujian sebagaimana Allâh menguji Rasul-Nya ﷺ dan para Sahabat g. Ia pun berkomentar, “Sesungguhnya aku pernah mendengar Rasûlullâh ﷺ bersabda:
إِنَّ السَّعِيْدَ لَمَنْ جُنِّبَ الفِتَنَ
Sesungguhnya orang yang berbahagia adalah orang yang benar-benar dijauhkan dari fitnah-fitnah’. Beliau mengucapkannya tiga kali. 6
Kedermawanan Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه
Allâh عزوجل memberinya rezki melimpahkan dan menjadikannya seorang yang berhati mulia lagi dermawan. Ia pernah berwasiat untuk memberikan kekayaannya kepada Hasan dan Husain sebanyak 30 ribu dirham dan kepada Ummahâtul Mukminin, masing-masing memperoleh 7 ribu dirham.
Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه Tutup Usia
Setelah perjuangan dan pengorbanan yang besar bagi Islam dan kaum Muslimin, Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه wafat di Madinah pada tahun 33 H. dalam usia 70-an tahun. Khalifah ‘Utsmân bin ‘Affân رضي الله عنه sendiri memimpin shalat terhadap jenazahnya dan dimakamkan di Baqi’.
Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari kehidupan Sahabat Nabi bernama Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه ini dari aspek pengorbanan, tawadhu, kedermawanan dan keteguhannya dengan petunjuk Rasûlullâh ﷺ .
Semoga Allâh عزوجل memudahkan umat Islam untuk mengenal dan meneladani generasi terbaik umat sehingga mereka memiliki cermin dalam memahami dan mengaplikasikan Islam dengan benar. Wabillâhit taufiîq.
Ustadz Abu Minhal, Lc
Footnote:
1 Biografi Miqdâd bin Aswad رضي الله عنه dapat dilihat dalamSiyaru A’lamin Nubalâ` karya adz-Dzahabi 1/385, Tahdzîbul Kamâl fî Asmâ`ir Rijâl 28/452, al-Ishâbah fî Tamzîyi ash-Shahâbah, karya Ibnu Hajar al- ‘Asqalâni 6/202-204.
2 QS. at-Taubah/9:41.
3 QS. al-Maidah/5:24.
4 HR. al-Bukhari dalam Shahîhnya kitâb al-maghâzi no.3952.
5 Riwayat al-Hâkim dalam al-Mustadrak 3/349-350) dan dishahîhkannya dan disetujui oleh adz-Dzahabi رحمه الله .
6 HR. Abu Dâwûd dan dishahîhkan oleh al-Albâni dalam ash-Shahîhah no.975.
Majalah As-Sunnah Baituna edisi 07/Thn. XVIII